BAB I
PENGERTIAN DAN sejarah
perkembangan GEOLOGI
Kata Geologi
pertama kali dipergunakan pada Tahun 1473 oleh Richard de Bury
untuk Hukum atau Ilmu Kebumian.
Asal kata
Geologi:
- Geos : Bumi
- Logos : Ilmu
§ Geologi adalah ilmu
yang mempelajari bumi
Ø Batasan
Pengertian/Definisi Geologi menurut beberapa ahli:
1.
Katili (1970)
Geologi adalah pengetahuan bumi yang menyelidiki lapisan-lapisan
batuan yang ada di dalam kerak bumi.
2.
Noer Aziz M., dkk. (2002)
Geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi dan merupakan kelompok
ilmu yang mempelajari bumi secara menyeluruh, asal mula, struktur, komposisi,
sejarahnya (termasuk perkembangan kehidupan) dan proses-proses alam yang telah
dan sedang berlangsung, yang menjadikan keadaan bumi seperti sekarang ini.
3.
Holmes (1965)
Geologi merupakan ilmu pengetahuan yang menguraikan tentang
evolusi bumi secara menyeluruh beserta penghuninya, sejak awal pembentukannya
hingga sekarang, yang dapat dikenali dalam batuan.
Ø Cabang-cabang
pengetahuan Ilmu Geologi:
1.
Mineralogi
Mempelajari
minerala-mineral, komposisi, bagaimana terjadinya, struktur kristal dan
sifat-sifat fisiknya.
2.
Petrologi
Ilmu yang mempelajari
batuan, asal mula kejadiannya, struktur dan tekstur, klasifikasi atau
pengelompokan berbagai macam batuan yang terdapat di atas permukaan bumi.
3.
Stratigrafi
Ilmu yang mendiskripsi
dan mempelajari perlapisan batuan, penyebarannya, komposisi, ketebalan, umur,
keragaman dan korelasi lapisan batuan.
4.
Paleontologi
Ilmu yang mempelajari
fosil dan sisa-sisa dari jejak kehidupan masa lalu.
5. Geologi Struktur
Ilmu yang mempelajari
bentuk dan konfigurasi batuan di kerak bumi yang terdeformasi, dimana lapisan
batuan terpatahkan, tergeser atau terlipat menjadi pegunungan lipatan.
6. Geomorfologi
Ilmu
yang mempelajari bentuk muka bumi dan proses-proses alam yang membentuknya,
menganalisis dan menginterpretasi sejarah bentang alamnya.
7.
Geofisika
Ilmu yang mempelajari
sifat-sifat fisik bumi secara keseluruhan termasuk kegempaan, gaya berat,
kemagnitan, gradien suhu dan sebagainya.
8.
Geokimia
Ilmu yang mempelajari
komposisi (kimia) bumi,keberadaan unsur-unsur isotop di bumi dan penyebaran
unsur-unsur tertentu di berbagai tempat.
9.
Geologi Ekonomi
Ilmu
yang mempelajari adanya penyebaran dan terjadinya mineral-mineral ekonomis,
menghitung cadangan serta nilai ekonomis cebakan mineral.
10.Geologi Teknik
Ilmu yang mempelajari
geologi untuk kerekayasaan dan erat hubungannya dengan rekayasa sipil.
SKEMA
LINGKUP GEOLOGI
v Dalam
mempelajari Geologi didasarkan pada fenomena yang terekam dalam
batuan/litologi.
ü LITOLOGI
Bates dan Jackson (1985), mengartikan litologi menjadi 2:
1.
Litologi adalah deskripsi
batuan pada singkapan berdasarkan karakteristiknya, seperti: warna, komposisi
mineral dan ukuran butir sinonim dengan
Petrografi.
2.
Litologi adalah
karakteristik fisik dari batuan.
Ø BATUAN
Batuan ialah segala macam material padat yang menyusun kulit
bumi, baik yang telah padu maupun masih lepas.
Material padat
dapat terjadi dari agregat mineral yang tersusun oleh 1 macam mineral maupun
dari berbagai mineral.
Ø MINERAL
Mineral merupakan suatu unsur atau persenyawaan anorganik yang terbentuk secara alami, yang memiliki struktur internal teratur, komposisi kimia, bentuk kristal dan sifat fisik tertentu yang menjadi karakteristiknya.
v Sejarah Ilmu Geologi
1.
Teori Malapetaka (Katastrofa)
Sepanjang
abad 17 dan 18 doktrin katastrofisme sangat popular, sehingga para penganutnya
percaya bahwa:
Bentuk
permukaan bumi dan segala kehidupan di atasnya terbentuk dan musnah dalam
sesaat akibat suatu bencana (Catastroph)
besar.
Teori
di atas bertahan hingga pertengahan abad 18, hingga muncul Generelli yang mengemukakan bahwa:
Sejarah
bumi ini berlaku tidak dengan jalan kekerasan, tetapi kejadian pada masa lampau
dapat dijelaskan dengan bertitik tolak pada kejadian” zaman sekarang.
2.
Teori Uniformitarisma (Uniformitarianisme)
James Hutton (1726 – 1979),
menyelidiki proses sedimentasi yang terjadi di sungai, danau maupun pantai di
daerah Skotlandia. Menyimpulkan bahwa:
Kenampakan
yang dijumpai pada batuan sedimen yang terbentuk pada masa lampau dijumpai pula
pada proses pembentukan sedimen yang terjadi sekarang.
Dari
kesimpulan di atas, diperoleh suatu teori Konsepsi
uniformitarisma, yaitu waktu sekarang adalah merupakan kunci pada masa
lampau (present is the key to the past).
Dengan demikian jika pada waktu sekarang terjadi proses pelapukan,
pengangkatan, pelipatan maupun sedimentasi, maka proses tersebut pernah terjadi
juga pada waktu lampau.
3.
Hukum Steno
Steno
ahli geologi Italia, mengadakan pengamatan di beberapa jeram sungai di Italia
dan sepanjang pantai Italia. Hasilnya mengemukakan 3 buah hukum yang berlaku
untuk batuan sediment, yaitu:
a.
Hukum
Superposisi, menyatakan bahwa pada batuan sedimen dalam kedudukan
yang belum berubah, bagian atas merupakan bagian yang relative muda
dibandingkan dengan bagian bawah dalam satu seri sedimentasi.
b. Hukum Kejadian Horisontal, menyatakan bahwa
dalam 1 seri perlapisan pada saat mula terbentuk, mempunyai kedudukan
horisontal. Apabila ternyata lapisan tersebut sudah membentuk sudut dengan
bidang horisontal, menunjukkan bahwa perlapisan tersebut pernah terangkat.
c.
Hukum Kejadian
Menerus, menyatakan bahwa dalam proses sedimentasi akan dihasilkan perlapisan yang
sama tebal apabila tidak terjadi usikan/gangguan di tempat terjadinya (dalam
cekungan sedimentasi).
4.
Hukum Hubungan Potong Menyilang (Cross-Cutting Relationship).
Di
alam sering dijumpai kenampakan suatu patahan dipotong oleh patahan lain, suatu
seri batuan sedimen dipotong oleh patahan, suatu seri batuan sedimen dipotong
oleh dike batuan beku. Dalam hal demikian dapat ditentukan mana yang terjadi
lebih dahulu dengan bertitik tolak pada Hukum Hubungan Potong Menyilang.
Diagram di atas,
memperlihatkan suatu perlapisan batuan yang terpotong oleh batuan lainnya.
Urutan peristiwa geologi sesuai dengan urutan abjad.
5.
Skala Waktu Geologi
Giovani Arduino (1970) mengusulkan
pembagian skala waktu geologi menjadi:
a.
Primer (tertua)
b. Sekunder
(menengah)
c.
Tersier (termuda), dan
d.
Kwarter (lebih muda dari tersier)
Pada perkembangan selanjutnya istilah primer dan sekunder
tidak dipergunakan hingga sekarang.
Ø Dasar
pembagian skala waktu geologi menjadi Kurun,
bertitik tolak dari ada dan belum adanya kehidupan yang nyata.
a.
Kurun
Kriptozoikum, belum dijumpai adanya suatu kehidupan yang nyata.
b.
Kurun
Fanerozoikum, sudah nyata ada kehidupan.
Ø Dasar
pembagian skala waktu geologi menjadi Masa
didasarkan atas adanya perkembangan kehidupan yang sudah nyata.
a.
Masa Azoikum (a = tidak,
zoon = kehidupan), masa dimana pada dasar semua sedimen dijumpai batuan yang
sama sekali tidak mengandung fosil.
b.
Masa
Proterozoikum (Proto = masa lampau), masa dimana pada lapisan-lapisan
batuan hanya mengandung sisa-sisa bentuk kehidupan yang masih sangat sederhana,
terutama tumbuhan tingkat rendah yang menghasilkan gamping.
MasaAzoikum
dan Masa Proterozoikum sulit dibedakan, sehingga kadang-kadang dijadikan satu
masa, yaitu Masa Arkeozoikum.
c.
Masa
Paleozoikum (paleo = tua/kuno), masa dimana pada lapisan-lapisan
batuan sudah terdapat jenis tumbuh-tumbuhan dan binatang, tetapi semua jenis
kehidupan tersebut kini sudah tidak terdapat lagi/punah.
d.
Masa Mesozoikum
(mesos = masa tengah), masa dimana pada lapisan-lapisan batuan sudah
terdapat tumbuh-tumbuhan dan binatang yang erat hubungan kekeluargaannya dengan
yang ada sekarang, meskipun sejumlah besar dari jenis-jenis tersebut kini telah
punah. Masa ini mempunyai bentuk-bentuk Reptilia raksasa sebagai penciri utama.
e.
Masa
Kenozoikum (kainos = baru), masa dimana pada lapisan-lapisan batuan
sudah terdapat sisa-sisa kehidupan yang menunjukkan suatu permulaan pembentukan
tumbuh-tumbuhan dan binatang yang sekarang, dijumpai binatang menyusui dan
binatang lunak yang kini masih hidup.
Setiap masa dibagi-bagi menjadi beberapa zaman. pembagian
menjadi zaman terutama didasarkan atas kumpulan kehidupan yang terkhususkan.
Misal: Didasarkan atas nama wilayah tipe tempat dimana singkapan untuk zaman
tersebut tersingkap, seperti: Devon, Perm, Yura.
Tabel 1. Skala Waktu Geologi
KURUN
|
MASA
|
ZAMAN
|
KALA
|
|
Fanerozoikum
|
Kenozoikum
|
Kwarter
|
Holosen
|
|
Pleistosen
|
||||
Tersier
|
Neogen
|
Pliosen
|
||
Miosen
|
||||
Paleogen
|
Oligosen
|
|||
Eosen
|
||||
Paleosen
|
||||
Mesozoikum
|
Kapur
|
Lihat Tabel 2
|
||
Jura
|
||||
Trias
|
||||
Paleozoikum
|
Perm
|
Lihat Tabel 3
|
||
Karbon
|
||||
Devon
|
||||
Silur
|
||||
Ordovisium
|
||||
kambrium
|
||||
Kriptozoikum
|
Arkeozoikum
|
Tabel 2. Pembagian Mesozoikum
ZAMAN
|
KALA
|
WAKTU
|
Kapur
|
Atas
|
Maastrichtian
|
Campanian
|
||
Santonian
|
||
Coniacian
|
||
Turonian
|
||
Cenomanian
|
||
Bawah
|
Albanian
|
|
Aptian
|
||
Barremian
|
||
Hauterivian
|
||
Valangian
|
||
Berrasian
|
||
Jura
|
Atas
|
Portlandian
|
Kemmeridgian
|
||
Oxfordian
|
||
Tengah
|
Callovian
|
|
Bathonian
|
||
Bajician
|
||
Bawah
|
Aalenian
|
|
Tarcian
|
||
Plinsbachian
|
||
Sinemurian
|
||
Hattengian
|
||
Trias
|
Atas
|
Rhaetian
|
Norian
|
||
Tengah
|
Carnian
|
|
Ladinian
|
||
Anisian
|
||
Bawah
|
Schytian
|
Tabel 3. Pembagian Paleozoikum
ZAMAN
|
KALA
|
WAKTU
|
Perm*
|
Atas
|
Tatarian
|
Kazanian
|
||
Tengah
|
Kungurian
|
|
Bawah
|
Artinskian
|
|
Sakmarian
|
||
Karbon*
|
Atas
|
Stephanian
|
Westphalian
|
||
Namurian
|
||
Bawah
|
Visean
|
|
Tournaisian
|
||
Devon*
|
Atas
|
Fanenian
|
Frasnian
|
||
Bawah
|
Emsian
|
|
Siegenian
|
||
Gedennian
|
||
Silur**
|
Downtonian
|
|
Ludlovian
|
||
Wenlockian
|
||
Llandoverian
|
||
Ordovisium**
|
Atas
|
Ashgillian
|
Caradocian
|
||
Bawah
|
Llandeillian
|
|
Llanvirnian
|
||
Arenigian
|
||
Tremadocian
|
||
Kambrium**
|
Atas
|
postdamian
|
Tengah
|
Acadian
|
|
Bawah
|
Georgisan
|
|
Keterangan:
|
* = Paleozoikum Atas
|
|
** = Paleozoikum Bawah
|
Tabel 4. Jangka Waktu Skala Waktu geologi
ZAMAN
|
KALA
|
JANGKA
WAKTU (x 106 Tahun yang
lalu)
|
Kwarter
|
Holosen
|
Sekarang - ?
|
Pleistosen
|
? - 0,6
|
|
Tersier
|
Pliosen
|
0,6 - 11
|
Miosen
|
11 - 25
|
|
Oligosen
|
25 - 40
|
|
Eosen
|
40 - 60
|
|
Paleosen
|
60 - 70
|
|
Kapur
|
Lihat Tabel 2
|
70 - 135
|
Jura
|
135 - 180
|
|
Trias
|
180 - 225
|
|
Perm
|
Lihat Tabel 3
|
225 - 270
|
Pensylvanian
|
270 - 330
|
|
Mississipian
|
330 - 350
|
|
Devon
|
350 - 400
|
|
Silur
|
400 - 440
|
|
Ordovisium
|
440 - 500
|
|
Kambrium
|
500 - 600
|
|
Pra-Kambrium
|
600 - 4500
|
Ø Hubungan Geologi dengan Ilmu Lain
Proses-proses
yang bekerja di permukaan bumi sangat erat hubungannya dengan hukum-hukum
fisika, kimia dan biologi (lihat gambar 1).
Gambar 1.
Hubungan antara
geologi dengan ilmu lain:
Ilmu Kimia : Geokimia
Ilmu Fisika : Geofisika
Ilmu Biologi : Paleontologi
v Hubungan Geologi dengan Geografi
Geografi adalah ilmu yang
mencitrakan, menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan
penduduk serta mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari
fungsi unsur-unsur bumi dalam ruang dan waktu (Bintarto)
Geologi mengandung pengertian
ilmu tentang planet bumi, geo-nya diartikan Earth (bumi), sedang Geografi
mengandung pengertian ilmu yang menguraikan bumi dan manusia sebagai
penghuninya, geo-nya lebih tepat diartikan World (dunia = bumi dan manusia). Obyeknya sama (bumi), namun titik
pandang keduanya berbeda.
Oleh
karena itu, pengetahuan Geologi sangat membantu Geografi dalam kajian hubungan
timbal balik antara manusia dengan lingkungan alamnya, sehingga Geologi merupakan
ilmu bantu bagi Geografi.
BAB II
PLANET BUMI
Bumi merupakan salah satu planet yang ada dalam sistem
tatasurya bima sakti di jagadraya.
Tatasurya atau Solar System adalah suatu
sistem yang terdiri ari matahari dan planet-planet serta benda-benda angkasa
yang berputar mengitarinya.
Pembentukan Tatasurya Model Nobular
Sistem Tatasurya diawali dari awan gas
yang berputar.
Perputaran
menimbulkan gaya sentrifugal yang menarik ke arah luar, sedang gaya berat
cenderung menarik gas-gas ke dalam ke arah matahari. Akibat kedua gaya yang
berlawanan ini perlahan-lahan menjadikan awan gas membentuk awan gas berbentuk
datar, membentuk piringan gas yang berputar di sekitar matahari yang disebut Nebula
Planetaria.
Sebagian besar massa terkonsentrasi di
pusat dan membentuk matahari, sisa material berakumulasi dan terkonsentrasi
membentuk planet-planet.
Tata surya saat ini.
STRUKTUR BUMI
Struktur bumi diketahui dengan mempelajari sifat
gelombang gempa bumi, yaitu dengan mempelajari waktu tempuh perambatan gelombang
yang diperhitungkan berdasarkan jarak tempuh dan waktu yang diperlukan.
Hasilnya, ternyata bervariasi tergantung dari densitas (berat jenis) media yang
dilaluinya.
Kesimpulannya: Bumi tidak merupakan suatu bulatan yang homogen,
melainkan terdiri dari beberapa lapisan yang konsentris dengan densitas
berbeda. Densitas terbesar terakumulasi di pusat dan mengecil menjauhi dari
pusat.
Penampang
Bumi:
Bagian Bumi
1.
Kerak Bumi (Earth Crust).
-
Sering disebut Litosfer.
-
Densitas rata-rata 2,7 Gram/cc
-
Ketebalannya tidak merata. Daerah Pegunungan: > 70 Km;
Daerah Kontinen: berkisar 30 – 40 Km; Daerah Samudera: < 5 Km.
-
Bersifat kaku, keras, kompak dan kuat.
-
Berdasarkan data kegempaan, para ahli membagi menjadi 2:
a. Kerak Benua, umumnya terdiri dari
batuan granitik, ketebalan rerata 45 Km, dan berkisar antara 30 – 70 Km. Kaya
akan unsur Si (silisium) dan Al (alumunium), sehingga disebut sebagai
lapisan Sial.
b. Kerak Samudera, terdiri dari batuan
basaltik yang tebalnya 8 Km, kaya akan unsur Si dan Mg (magnesium), disebut
lapisan Sima.
2.
Selubung Bumi
(Mantle).
-
Terletak di bawah kerak bumi dengan ketebalan 2885 km.
-
Material di dekat kerak disebut Astenosfer, dengan ketebalan sekitar 600 Km dan densitas berkisar
3,3 - 4 Gram/cc serta tersusun oleh batuan Peridotit dan Dunit. Material dalam keadaan mendekati titik lebur dan
berstruktur lemah, sehingga memungkinkan untuk mengalir.
-
Material dekat inti bumi mulai batas dengan inti (2885
Km) sampai ketebalan 350 Km disebut Mesosphere
(karena dibawah tekanan sangat besar dan
suhu sangat tinggi tetapi daya tahannya tetap besar), mempunyai densitas
berkisar antara 5 - 6 Gram/cc dan kaya akan unsur Nikel dan dan Besi.
3.
Inti Bumi (Core).
-
Terletak dari kedalaman 2900 Km sampai pusat bumi, dengan
garis tengah 7000 Km.
-
Inti luar setebal 2000 Km dan berfasa cair, sedang inti
dalam berfasa padat.
-
Densitasnya berkisar 9,5 Gram/cc ekat selubung dan
membesar ke arah pusat sampai 14,5 Gram/cc.
-
Tersusun oleh campuran unsur-unsur Besi (Fe) dan Nikel (Ni), sehingga disebut sebagai lapisan Nife.
Bidang-bidang Diskontinu dalam Bumi
1.
Ahli Seismology Yugoslavia: Andrija Mohorovicic,
mempelajari data gempa dan memjumpai kecepatan gelombang gempa naik dengan
tiba-tiba di bawah kedalaman 50 Km.
Bidang
batas perubahan/diskontinuitas tersebut merupakan bidang batas antara lapisan
kerak bumi dengan selubung atas, sehingga dinamakan Bidang Mohorovicic atau Bidang Moho.
2.
Ahli gempa Jerman: Beno Gutenberg mengamati gelompang P yang mengecil bahkan menghilang pada
daerah 105 derajat dari pusat gempa dan muncul kembali pada 140 derajat
berikutnya, tetapi terlambat 2 menit dari waktu yang diperhitungkan berdasarkan
jarak tempuh. Jalur hilangnya gelombang selebar 35 derajat disebut jalur bayangan (terjadi karena bumi
mempunyai inti dengan bahan yang tidak sama seperti pada selubung yang
mengitarinya).
Bidang
dimana gelombang P dibelokkan atau bidang antara selubung bumi dan inti bumi
disebut bidang diskontinu Gutenberg atau Bidang Gutenberg (Lihat gambar A).
Gambar A. Perubahan
sifat fisik antara selubung dan inti bumi menyebabkan gelombang P dibiaskan dan
membelok, mengakibatkan terjadinya zona bayangan 35o.
Susunan Unsur Kimia
Bumi
1.
Kerak bagian
benua tersusun oleh unsur silikat, magnesium, besi, alumunium, kalsium dan
unsur-unsur alkali serta silika bebas (SiO2). (Lihat Tabel 5 dan
Tabel 6)
Tabel 5.
Unsur-unsur Utama Penyusun Kerak Benua
UNSUR
|
BERAT (%)
|
ATOM (%)
|
VOLUME ION
(%)
|
Oksigen
|
47,2
|
61,7
|
93,8
|
Silika
|
28,2
|
21,0
|
0,9
|
Alumunium
|
8,2
|
6,4
|
0,5
|
Besi Total
|
5,1
|
1,9
|
0,4
|
Kalsium
|
3,7
|
1,9
|
1,0
|
Sodium
|
2,9
|
2,6
|
1,3
|
Potassium
|
2,6
|
1,4
|
1,8
|
Magnesium
|
2,1
|
1,8
|
0,3
|
Hidrogen
|
trace
|
1,3
|
0,0
|
Sumber: Brian Mason, 1966.
Kerak bagian samudera terdiri dari
unsur kalsium, magnesium dan besi serta sedikit potasium, sodium dan silika.
Tabel 6.
Mineral Penyusun Kerak Bumi
KELOMPOK
MINERAL
|
VOLUME (%)
|
K- Feldspar,
Plagioklas
|
58
|
Piroksin, Amphibol
|
13
|
Kuarsa
|
11
|
Mika, Klorit,
Mineral Lempung
|
10
|
Karbonat, Oksida,
Sulfida, halida
|
3
|
Olivin
|
3
|
Epidot,
Aluminosilikat, garnet, Zeolit
|
2
|
Sumber: W.G. Ernst, 1969.
2.
Mantel terdiri dari
komposisi unsur-unsur magnesium + silikat besi.
3.
Inti pusat bumi tersusun oleh unsur yang mempunyai
kesamaan (analog) dengan komposisi dari meteorit-meteorit Besi (Fe) dan
kira-kira 10% Nikel (Ni). (Lihat Tabel 7)
Tabel 7. Komposisi Unsur-unsur Struktur Bumi
UNSUR
|
KERAK BENUA
|
KERAK
SAMUDERA
|
MANTEL
(Rerata Batuan Meteorit)
|
INTI (Rerata
Meteorit Besi)
|
SiO2
|
60,1
|
49,9
|
38,3
|
|
TiO2
|
1,1
|
1,5
|
0,1
|
|
Al2O3
|
15,6
|
7,3
|
2,5
|
|
Fe2O3
|
3,1
|
2,0
|
||
FeO
|
3,9
|
6,9
|
12,5
|
|
FeS
|
5,8
|
|||
Fe
|
1,9
|
90,8
|
||
Ni
|
1,4
|
8,6
|
||
Co
|
0,1
|
0,6
|
||
MgO
|
3,6
|
7,3
|
24,0
|
|
CaO
|
5,2
|
11,9
|
2,0
|
|
Na2O
|
3,9
|
2,8
|
1,0
|
|
K2O
|
3,2
|
0,2
|
0,2
|
|
P2O5
|
0,3
|
0,2
|
0,2
|
Sumber: Brian Mason,
1966.
KEMAGNETAN BUMI
Terjadinya
kemagnetan di bumi, disebabkan oleh:
Ø Inti bumi yang
terdiri dari logam (Nife),
Ø Adanya
perbedaan sifat fisik inti bumi bagian dalam yang padat dan bagian luar yang
cair serta perputaran bumi, sehingga perbedaan fasa inti menimbulkan perbedaan
kecepatan antara inti dalam dan luar, yang menimbulkan proses magneto
hydrodinamis.
GRAVITASI BUMI
Gravitasi bumi
merupakan gaya tarik ke arah inti bumi, sehingga semua benda di permukaan bumi
tidak melayang ke ruang angkasa.
Gaya gravitasi di permukaan bumi tidak sama di semua
tempat, karena:
Ø Adanya
perbedaan besarnya jari-jari ke Kutub dan ke Khatulistiwa,
Ø Perbedaan
ketinggian tempat di atas permukaan laut, dan
Ø Perbedaan
kepadatan batuan penyusun kerak bumi.
ISOSTASI
Isos : sama (Yunani)
Stasis : diam
Isostasi : merupakan gejala universal kerak bumi untuk
stabil pada keseimbangan gravitasi.
1.
Teori Pratt (ahli geodesi)
Ketinggian
massa daratan jauh lebih besar dibandingkan dengan ketinggian massa dasar laut,
tetapi densitas batuan yang menyusun dasar laut lebih besar daripada densitas
batuan di daratan.
Dengan
kata lain, adanya perbedaan ketinggian antara daratan dan dasar laut adalah
karena perbedaan kepadatan batuan yang menyusun kerak bumi di kedua bagian bumi
(belahan bumi utara didominasi oleh daratan, sedang belahan bumi selatan didominasi oleh lautan). Untuk mencapai keseimbangan maka densitas yang lebih kecil
akan menonjol ke atas, sehingga ketinggian dikompensasikan oleh densitas
batuan.
Ilustrasi
Pratt menggunakan berbagai logam yang tidak sama berat jenisnya, tetapi
penampang dan beratnya di buat sama yang diapungkan dalam air raksa.
2.
Teori Airy (ahli
astronomi)
Perbedaan
ketinggian permukaan bumi bukan karena perbedaan densitas batuan, tetapi akibat
dari perbedaan tebal lapisan kerak bumi. Untuk mencapai keseimbangan perlu adanya “akar” di bawah pegunungan,
sehingga pegunungan tinggi akarnya akan jauh masuk ke dalam bumi dibandingkan
dengan dasar laut.
Ilustrasi Airy
hampir sama dengan ilustrasi Pratt, tetapi menggunakan logam sejenis (densitas
sama) namun tidak sama tebalnya. Hasilnya logam yang lebih tebal tersembul
lebih tinggi di atas permukaan air raksa dibandingkan logam yang tipis.
BAB III
TEKTONIK LEMPENG
Awal Pemikiran
a.
Sir Francis
Bacon (1620), memperhatikan adanya kesamaan bentuk garis pantai timur Amerika
Selatan dan Afrika Barat.
b.
Antonio
Snider-Pellegrini (1855), memperkenalkan sketsa yang memperlihatkan kedua
benua bersatu yang merupakan satu massa yang besar, kemudian pecah dan
berpisah.
c.
Alfred Wegener
ahli meteorologi dan fisika Jerman (1912), melontarkan konsep Pengapungan Benua (Continental Drift). Hipotesanya:
1.
Adanya satu “Super
Continent” dinamakan Pangaea (semua
daratan), yang dikelilingi oleh Panthalassa
(semua lautan).
2.
200 juta tahun yang lalu, “Super Continent” pecah menjadi benua-benua yang lebih kecil, dan
bergerak ketempatnya seperti yang dijumpai saat ini.
3.
Mengumpulkan bukti lain untuk mendukung hipotesanya,
yaitu adanya kesamaan garis pantai, persamaan fosil, struktur batuan dan
material batuannya.
v Tektonik (Tectonics)
adalah ilmu yang mempelajari pergerakan dan deformasi lapisan luar bumi dalam
skala besar.
v Tektonik Lempeng (Plate Tectonics) adalah mempelajari hubungan antara deformasi
dengan keberadaan dan pergerakan lempeng di atas selubung atas yang plastis.
Tumbukan Lempeng
Tumbukan lempeng benua dan lempeng samudra
Lempeng
samudera tertekuk kebawah dengan sudut 45O atau lebih, menyusup
dibawah blok benua menuju astenosfir.
Zona
ini disebut dengan zona subduksi.
Zona
subduksi mempunyai karakteristik yang khas seperti terdapatnya busur kepulauan
(busur magmatik) dan terdapat bacuh (melange).
Busur magmatik
:
Saat
litosfir menyusup masuk astenosfir yang bersuhu tinggi, maka lempeng yang turun
dengan sedimen yang mengandung air akan melebur.
Terbentuk
magma baru yang bersifat lunak dari batuan selubung sekitarnya.
Magma
naik sampai kekerak benua dan mengkristal, sebagian ada yang sampai kepermukaan
sebagai erupsi gunung api.
Melange
Merupakan
campuran kacau pecahan dari berbagai macam batuan.
Tumbukan dua lempeng samudra
Dua
lempeng samudera bertumbukan maka salah satu akan menyusup dibawah yang lain
menghasilkan aktivitas vulkanik
Gunung
api tersebut akan cenderung di lantai samudra daripada di lantai benua
Apabila
gunung api tersebut tumbuh terus kepermukaan laut maka akan membentuk
serangkaian pulau-pulau gunung api baru sebagai busur gunung api.
Letaknya
beberapa km dari palung laut tempat terjadinya tumbukan lempeng.
Apabila
aktivitas gunung api berjalan terus dalam jangka waktu yang panjang,disertai
intrusi batuan beku membentuk busur kepulauan.
Tumbukan lempeng benua dan lempeng samudera
Contoh
dari tumbukan ini adalah bersatunya India ke benua Asia
(mulanya terpisah) menghasilkan pegunungan Himalaya.
|
BAB IV
DEFORMASI KERAK BUMI
Gaya tektonik secara kontinu menekan, menarik,
membengkokkan dan mematahkan batuan di litosfir.
Stress dan strain
Confining stress : Setiap tubuh batuan dalam litosfir dibatasi oleh batuan
sekitarnya dan secara merata ditekan oleh berat batuan diatasnya.
Differential stress : menekan tidak dari semua jurusan .
Stress
ini mendeformasi batuan dan dikenal 3 jenis differential stress, yaitu :
Tensional Shear
Kompresional
Strain
: Batuan yang terkena stress mengalami perubahan bentuk dan atau volume dalam
keadaan padat
Struktur Geologi
Struktur primer
Struktur
yang terbentuk pada saat atau sebelum batuan terbentuk
Contoh
: struktur pada batuan sedimen, seperti biang perlapisan, lapisan bersusun (graded
bedding), lapisan silang siur (cross bedding) dan jejak binatang.
Struktur sekunder
Deformasi
akibat gaya
tektonik
Dibedakan
menjadi :
- Lipatan
Ø
Lipatan
merupakan hasil deformasi ductile akibat kompresi dan shear stress.
Ø
Lipatan
biasanya mudah dilihat pada batuan berlapis
Geometri lipatan :
Ø
Lipatan
keatas, melengkung ketas atau cekung kearah bawah disebut antiklinal.
Ø
Lipatan
yang melengkung kebawah disebut dengan sinklinal
Ø Lereng sebelah menyebelah antiklinal dan
sinklinal disebut sayap (limb), puncak (crest) dan titik terendah
(trough)
Ø
Bidang
simetri antar sayap disebut bidang sumbu (axial plane)
Ø
Garis
potongnya dengan permukaan yang melalui crest maupun trough disebut sumbu
lipatan (fold axis)
Ø
Apabila
sumbu lipatan tidak horisontal berarti lipatannya menunjam (plunging)
Ø
Bila
stress yang bekerja lebih kuat maka lipatan akan menjadi asimetri
|
2. Kekar (Joint)
Ø
Adalah
rekahan-rekahan lurus planar yang membagi-bagi batuan yang tersingkap menjadi
blok-blok
Ø
Kekar
umumnya terdapat sebagai rekahan tensional dan tidak ada gerak sejajar
bidangnya
Ø
Akibat
erosi, adanya pendinginan, tersingkap dan adanya kompresi relief memungkinkan
rekahan agak terbuka.
3. Sesar (fault)
Ø
Sesar
adalah rekahan pada batuan yang mengalami pergerakan sejajar bidangnya
Klasifikasi sesar
- Sesar normal
ü Hanging wall relatif turun terhadap foot wall
ü
Bidang
sesar mempunyai kemiringan yang besar
2. Sesar naik (reverse fault) dan thrust fault
ü
Sesar
naik berkembang karena stress kompresional
ü Gerak pada sesar naik, blok hanging wall
relatif naik terhadap blok foot wall
ü
Sesar
ini terjadi karena kerak memendek
ü Bila kemiringan bidang seasarnya lebih
kecil dari 450 dinamakan thrust fault
ü
Umumnya
thrust fault berasosiasi dengan perlipatan kuat, aibat gaya kompsi horizontal sangat kuat pada kerak
bumi
3. Sesar mendatar (Strike slip fault)
ü
Ditentukan
dengan menghadap bidang sesar
ü
Apabila
bidang didepan bergerak kekiri disebut mendatar sinitral
ü
Apabila
bidang didepan bergerak kekkanan disebut sesar mendatar dekstral
4. Sesar Oblique
ü
Pergerakan
gabungan horizontal dan vertikal
ü
Gaya-gaya
yang bekerja menyebabkan sesar mendatar dan sesar normal
5. Sesar Gunting
ü
Gabungan
gerak horizontal an vertikal
ü
Sesar
yang pergeseramnya berhenti pada titik tertentu sepanjnag jurus sesar
ü
Gaya yang bekerja sama dengan sesar normal
Bentukan dari 2 atau lebih sesar
v
Apabila
terjadi 2 atau lebih sesar normal dengan jurus sejajar dan kemiringan
berlawanan membentuk segmen ketinggian dan amblesan pada kerak, maka akan
membentuk:
ü
Graben
: blok yang turun , disebut rift bila dibatasi dua sesar normal
ü
Half graben : bila pelengseran hanya pada satu sesar normal
ü
Horst :
Blok yang mengalami kenaikan
Jurus dan Kemiringan Bidang
ü
Jurus (Strike) adalah arah garis perpotongan bidang di alam dengan bidang
horizontal
Ø
Dinyatakan
terhadap arah utara
ü
Kemiringan
adalah sudut terbesar antara bidang (miring) di alam dengan bidang horizontal,
dinyatakan dalam derajat
Ø
Bidang
horizontal kemiringannya 00 dan bidang tegak 90O
BAB V
KEGEMPAAN
Pengertian Gempa
Gempa bumi disebabkan
oleh pelepasan energi regangan elastis batuan (elastically-strained rock) pada litosfir. Makin besar energi yang
dilepas makin kuat gempa yang terjadi.
Gempa bumi adalah suatu gangguan dalam bumi jauh di
bawah permukaan yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda di
permukaan.
Gempa
bumi datangnya sekonyong-konyong dan tidak dapat dicegah, yang dapat dilakukan
hanyalah memperkecil kerugian yang diakibatkan oleh gempa bumi
Sumber Gempa
Teori terjadinya atau asal gempa yang dapat diterima adalah pergeseran sesar dan teori kekenyalan elastis (elastic rebound theory).
Gerak
tiba-tiba sepanjang sesar merupakan penyebab gempa yang sering terjadi.
Teori
kekenyalan elastis memperkirakan, jika permukaan sesar bergesekan satu dengan
lainnya, energi terkumpul dalam tubuh batuan yang terdeformasi elastis. Jika
terjadi pergeseran maka tubuh batuan yang dalam regangan elastis kembali ke
bentuk asal.
Penyebab Gempa Bumi
1.
Gempa Volkanik
Terjadi sebagai akibat tekanan gas dan batuan yang
telah menjadi cair dan panas (magma) yang berusaha keluar dari perut bumi atau
akibat letusan gunung api. Getaran tanah terasa hanya di lereng gunung atau di
daerah sekitar kaki gunung.
Bencana yang mengerikan yang
terjadi bukan terjadi akibat gempa vulkanik, tetapi akibat bahan-bahan hasil
tetusan.
2.
Gempa Tektonik
Terjadi sebagai akibat patahan lapisan batuan dimana
didalam kulit bumi kita terjadi proses geologi yang mengakibatkan terkumpulnya
dan terkekangnya tegangan-tegangan dan
regangan-regangan. Hal ini menghasilkan
dalam waktu geologi perubahan kedudukan
dan bentuk lapisan-lapisan batuan. Bila
tegangan dan regangan
itu meningkat, sehingga melampaui
kekuatan batas dari lapisan bumi, maka
akan terjadi persesaran
atau perkekaran sepanjang, bidang-bidang terlemah yang disebut patahan.
Pergeseran ini dimaksudkan untuk mencari
keseimbangan baru. Tenaga yang
dikekang itu dilepaskan, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk getaran
ke seluruh permukaan bumi.
3.
Gempa Runtuhan
Terjadi
sebagai akibat jika suatu tambang atau daerah dengan batuan kapur runtuh.
Selain itu, dapat terjadi akibat adanya longsor lahan.
Gambar persebaran gempa bumi di dunia.
|
Fokus Gempa dan Episenter
Fokus Gempa adalah tempat dimana energi gempa
terlepas dan menyebabkan gempa bumi (Earthquake
Focus).
Kenyataan
bahwa sumber gempa berasal dari gerak sesar, maka fokus gempa tidak merupakan
satu titik, melainkan satu daerah yang membentang beberapa kilometer.
Fokus gempa
terletak dikedalaman, di bawah permukaan bumi. Untuk mengidentifikasi pusat
gempa dilakukan dari Episenter,
yaitu titik di permukaan bumi yang tegak lurus di atas fokus (lihat gambar).
Kedalaman Pusat Gempa
1.
Gempa Bumi
Dangkal
Pusat gempa berada kurang dari
50 Km dari permukaan bumi. Di Indonesia gempa bumi dangkal letaknya terpencar.
Gempa semacam ini dapat menimbulkan kerusakan besar. Makin dangkal gempa itu,
daya perusaknya makin besar.
2.
Gempa Bumi
Menengah
Pusat gempa yang sumbernya
berada antara 50 km - 300 km di bawah permukaan bumi. Di Indonesia gempa bumi
menengah terbentang sepanjang Sumatra sebelah Barat, Jawa sebelah Selatan,
selanjutnya Nusa Tenggara antara Sumbawa dan Maluku, akhirnya sepanjang Teluk
Tomini, Laut Maluku ke Filipina. Gempa menengah dengan fokus kurang dari 150 km
di bawah permukaan masih dapat menimbulkan kerusakan.
3.
Gempa Bumi
Dalam
Gempa bumi yang hiposenternya
berada lebih dari 300 krn di bawah permukaan bumi. Di Indonesia gempabumi dalam
berada di bawah Laut Jawa, Laut Flores, Laut Banda dan Laut Sulawesi.
Gempa dalam tidak membahayakan.
Gambar Distribusi
Potensi Gempa Bumi di Indonesia
Gelombang Gempa
Saat terjadi
gempa, energi yang tertimbun dipancarkan dari fokus ke bagian-bagian lain dari
bumi melalui gelombang (getaran).
Jenis gelombang Gempa
1.
Body wave, adalah gelombang yang menjalar dan
menjauhi fokus dan mampu merambat ke seluruh bumi.
a.
Gelombang
kompresi (compressional wave),
- Gelombang
yang mendeformasi batuan dengan mengubah volume.
- Gelombang
kompresi merupakan pulsa-pulsa bergantian (alternating
pulses), antara kompresi dan tarikan/mekar (expansion) yang bergerak searah dengan jalan gelombang.
- Ketika
gelombang kompresi melalui suatu medium, kompresi menekan atom-atom saling
mendekat, sedang tarikan/peregangan menjarangkan jarak antar atom.
- Mempunyai
kecepatan tertinggi diantara gelombang-gelombang seismik, yaitu 6 Km/detik pada
kerak bagian atas.
- Merupakan
gelombang pertama yang tercatat pada stasiun gempa saat terjadi gempa, sehingga
disebut gelombang P (primary wave).
b.
Shear wave
-
Mendeformasi material dengan mengubah bentuk.
-
Terdiri dari seri gerak tegak, tegak lurus arah gerak
gelombang. Gerak partikelnya bolak-balik tegak lurus arah gelombang, dinamakan gelombang tranverse.
-
Kecepatan rambatnya lebih rendah dari gelombang
longitudinal, 3,5 Km/detik.
-
Gelombangnya terekam pada stasiun gempa setelah gelombang
P, sehingga disebut gelombang S (Secondary wave).
2.
Gelombang permukaan (Surface wave)
-
Penampilan gelombang permukaan sangat mirip dengan
gelombang P dan S, tetapi bergerak atau merambat pada permukaan bumi.
-
Kecepatannya lebih rendah dari gelombang P dan S,
sehingga terekam pada stasiun gempa paling akhir.
-
Gelombang permukaan merambat di permukaan bumi sebagai
getaran horisontal dan vertikal.
-
Gelombang
Love, mirip dengan gelombang S hanya gerakan partikel melintang selalu pada
permukaan atau bidang sepanjang lintasan gelombang.
-
Gelombang
Rayliegh, berbeda dengan gelombang gempa lainnya. Partikel-partikel yang terlibat
tidak bergerak lurus tetapi melingkar (circular
orbit), seperti partikel air dalam gelombang laut, tetapi arahnya
berlawanan.
Lokasi Episenter
Seismologi : ilmu yang mempelajari
kegempaan
(seismos = gempa bumi : Yunani Kuno)
Seismograf : alat untuk
merekam hentakan (shock) dan getaran
(vibration)
Prinsip kerja :
Bandul
yang dilengkapi dengan alat tulis, menggaris pada silinder berputar dan
bergerak mengikuti getaran gempa, sehingga garis yang terekam pada silinder
membentuk grafik, dinamakan seismogram.
Seismogram : Goresan garis
yang membentuk grafik gelombang-gelombang seismik yang terekam pada seismograf.
-
Dapat mengenali gelombang-gelombang P, S, Love dan
Rayleigh,
-
Dapat menghitung jarak episenter dan kuat gempa dari
stasiun gempa,
-
Letak episenter yang tepat dapat ditentukan dari tiga
seismograf atau lebih, dimana pusatnya terletak pada lingkaran-lingkaran yang
bertemu.
Kuat Gempa
1.
Magnitude
Magnitude adalah besarnya
tenaga yang dilepaskan oleh Pusat gempa bumi (hiposenter) pada waktu terjadinya
gempa. Tiap-tiap pos/ stasiun pengamat gempa menghitung magnitude berdasarkan
hasil pencatatan alat pencatat gempa masing-masing yang dapat disesuaikan
dengan skala Richter.
2.
Intensitas
Gempa Bumi
Intensitas gempa bumi adalah
tingkat kerusakan yang disebabkan oleh gempa bumi yang diderita oleh suatu
tempat. Gempa Bumi mempuyai intensitas yang diketahui secara makro, artinya
dapat diketahui dari pengamatan yaitu kerusakan yang terjadi.
§ Para ahli
seismologi mendekatinya dengan mengukur amplitudo gelombang seismik.
§ Richter,
membuat skala logaritmik yaitu Richter Magnitute Scale, dengan
menghitungnya dari amplitudo P dan S dari seismogram 100 km dari episenter,
dengan formula:
M = log X/T + Y,
M = Skala magnitute Richter,
T = Waktu yang diperlukan untuk osilasi satu
gelombang,
X = Amplitudo maksimum,
Y = Faktor koreksi, yang ditentukan dari interval
gelombang
S – P . X/T, adalah besar energi yang sampai
seismograf
§ Selain Richter Magnitute Scale, besarnya gempa
dinyatakan dengan Modified mercalli Scale, yaitu besarnya gempa yang dinyatakan
dalam intensitas kerusakan akibat gempa.
Skalanya:
Skala Terendah = getaran
atau goyangan yang dapat dirasakan manusia
Skala tertinggi = hancurnya
bangunan
Tabel magnitude (skala richter) gempa dan
tingkat kerusakan
Skala
Magnitute
Richter
|
Skala
Intensitas
Modified Mercalli
|
Karakteristik
pengaruh gempa
di daerah
populasi
|
< 3,4
|
I
|
Hanya
terdeteksi oleh seismograf
|
3,5 – 4,2
|
II dan III
|
Terasa oleh
beberapa orang di dalam bangunan
|
4,3 – 4,8
|
IV
|
Terasa oleh
orang banyak dan jendela bergetar
|
4,9 – 5,4
|
V
|
Terasa oleh
semua orang, piring-piring pecah dan pintu bergoyang
|
5,5 – 6,1
|
VI dan VII
|
Kerusakan
ringan bangunan, lantai rekah dan bata berjatuhan
|
6,2 – 6,9
|
VIII dan IX
|
Kerusakan
bangunan lebih parah, cerobong asap runtuh dan rumah” bergerak di atas
pondasinya
|
7 – 7,3
|
X
|
Kerusakan
serius (parah), jembatan” terpelintir, dinding rekah”, bangunan dari bata
runtuh
|
7,4 – 7,9
|
XI
|
Kehancuran
berat, banyak bangunan runtuh
|
> 8
|
XII
|
Hancur
total, gelombang terlihat di permukaan tanah dan benda” terlempar ke udara
|
Sumber: Skinner, 1992
Bahaya Gempa Bumi
a.
Akibat langsung dari goncangan permukaan tanah dan
pensesaran:
1.
Bergeraknya tanah akibat gempa, terutama gelombang
permukaan di lapisan” batuan di permukaan dan regolith, berakibat dapat merusak
bahkan kadang” menghancurkan bangunan
2.
Bila permukaan tanah tersesarkan, bangunan” terbelah,
jalan terputus dan segala sesuatu yang dilalui sesar terbelah.
b.
Akibat tidak langsung dari goncangan yang mengakibatkan
kerusakan:
1.
Kebakaran. Dapat terjadi karena adanya goncangan
menumpahkan kompor, mematahkan saluran gas, memutus kabel listrik dan pipa air.
2.
Pada daerah berlereng curam, terjadi regolith meluncur ke
bawah, tebing” ambruk dan gerakan tanah longsor, mengakibatkan rumah, jalan dan
struktur bangunan hancur.
3.
Goncangan mendadak pada sedimen dan regolith yang jenuh
air dapat mengubah tanah yang padat menjadi seperti massa cair (quicksand). Prosesnya disebut liquefaction,
yang menyebabkan amblesnya bangunan.
4.
Terjadinya gelombang laut seismik atau tsunami
(Jepang: gelombang pelabuhan).
Gempa
pada lantai samudera menyebabkan air laut bergerak dengan cepat (sampai 950
km/jam). Di laut terbuka gelombang tidak tampak, karena amplitudonya hanya
beberapa meter tetapi dengan panjang gelombang sampai 200 km. Setelah mencapai tempat yang dangkal akan
membentuk gelombang dengan amplitudo yang sangat tinggi, sampai 30 meter.
terimakasih sharing ilmunya pak :)
BalasHapussalam,
bimbel online surabaya
terimakasih ilmunya. sukses selalu.
BalasHapustry out gratis sbmptn
terimakasih!
BalasHapuskta