Selasa, 08 Mei 2012

TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN BATU BARA TOKSISITAS ABU TERBANG DAN ABU DASAR LIMBAH PLTU BATUBARA YANG BERADA DI SUMATERA DAN KALIMANTAN SECARA BIOLOGI

TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN BATU BARA
TOKSISITAS ABU TERBANG DAN ABU DASAR LIMBAH PLTU BATUBARA YANG BERADA
DI SUMATERA DAN KALIMANTAN SECARA BIOLOGI

Latar Belakang
Abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash) merupakan limbah padat yang dihasilkan dari
pembakaran batubara pada pembangkit tenaga listrik. Limbah padat ini terdapat dalam jumlah
yang cukup besar. Jumlah tersebut cukup besar, sehingga memerlukan pengelolaan agar tidak
menimbulkan masalah lingkungan, seperti pencemaran udara, perairan dan penurunan kualitas
ekosistem. 
Salah satu penanganan lingkungan yang dapat diterapkan adalah memanfaatkan limbah tersebut
untuk keperluan bahan bangunan seperti batako dan paving blok serta pembenah lahan
pertanian. Namun, hasil pemanfaatan tersebut belum dapat dimasyarakatkan, karena
berdasarkan PP No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun
1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, abu terbang dan abu dasar
dikategorikan sebagai limbah B3 karena terdapat kandungan oksida logam berat yang akan
mengalami pelindian secara alami dan mencemari lingkungan.
Berdasarkan kondisi tersebut di atas, penelitian toksisitas abu bat ubara perlu dilaksanakan secara
menyeluruh. Untuk mengidentifikasi limbah sebagai limbah B3 diperlukan uji karakteristik dan uji
toksikologis atas limbah tersebut.
Tujuan Penelitian 
Tujuan penelitian adalah melihat lebih jauh pengaruh pemanfaatan abu batubara dalam rentang
waktu yang cukup lama, terutama kaitannya dengan tingkat toksisitas abu batubara tersebut
untuk kehidupan mahluk hidup dengan pendekatan secara biologi. Contoh abu limbah yang
digunakan dalam penelitian ini berasal dari PLTU yang berada d i Sumatra dan Kalimantan.
Metodologi Penelitian
Tahapan percobaan dalam penelitian ini meliputi :
1.  Analisis kimia contoh abu batubara dengan kode contoh FAA (Fly Ash Asam Asam), BAA
(bottom ash Asam Asam), FAO (Fly Ash Ombilin), dan BAO (Bottom Ash Ombilin).
Pengujian yang dilakukan adalah unsur-unsur mayor dan kelumit serta difraksi sinar-X
(X-RD).
2.  Percobaan TCLP. 
3.  Pengujian toksisitas akut secara biologi terhadap kutu air (Daphnia sp.), ikan mas
(Cyprnus carpio L.), dan tikus mencit (Mus musculus galur Swiss-webster) yang terdiri
atas 3 tahap, yaitu:
(i) Persiapan hewan uji 
(ii) Penentuan dosis racun dan pembuatan larutan uji untuk mencit
(iii) Uji hayati :
- Uji LC 50 untuk kutu air dan ikan mas
- Uji LD 50 untuk mencit
4.  Analisis data untuk menghitung nilai LC50 dan LD50. 

 



 Kesimpulan
Keseluruhan uji hayati contoh abu batubara dari PLTU Ombilin dan PLTU Asam Asam terhadap
kutu air, ikan mas, dan mencit memberikan hasil bahwa bahan-bahan uji tersebut relatif tidak
berbahaya bagi mahluk hidup, (Herni Khaerunisa).

1 komentar: